ROMO KAREL JANDE DALAM NARASI TOROK
MEMPERLUAS JIWA
Ketika imamatmu bergulat di ibukota Jakarta dan meriak-riak ke seluruh negeri melalui MNPK, Majelis Nasional Pendidikan Katolik, engkau menggeleng-geleng kepala tapi tidak bingung.
Kenapa teman, tanyaku di suatu waktu.
Ini ka teman, pendidikan sekarang koq hanya bikin orang jadi pintar rebut angka, dapat nilai A dan B, delapan, sembilan, sepuluh.
Lha, apa yang salah?
Aeh ghau ta Gerard (=ah kau ini), apa gunanya ilmu kalau tidak memperluas jiwa seseorang sehingga ia berlaku seperti samudera yang menampung sampah-sampah?
Tu’ung e (= benar) Romo Koyu. Berarti gak ada gunanya sudah kita baca buku-buku, atau gimana.
Memang untuk apa, hahahahahahaaha. Ta (= gini) teman, hidup ini bukanlah apa yang kita ketahui, bukan buku-buku yang kita baca atau kalimat-kalimat yang kita pidatokan, melainkan apa yang kita kerjakan, apa yang paling mengakar di hati, jiwa dan inti kehidupan. Sudah banyak yang kita baca. Kata orang, semesta dan butiran udara adalah perpustakaan untuk kita, hahahahahaha.