ROMO KAREL JANDE DALAM NARASI TOROK
TOROK*
Segera engkau tahu siapa dirimu, serentak warta untuk aku dan teman-teman kelasmu tentang seperti apakah hidup ini sejatinya, ketika di lembah permai Kisol, engkau selalu diampukan terdepan mengucapkan torok, melantangkan sastrawi manggarai ke langit-langit semesta. Tak satu pun kata Indonesia terselip. Mengalir kata-kata manggaraimu bagaikan anak sungai meriak-riak hilir tanpa arah kembali.
Yah, torok-mu adalah kata-mu, lagak-laku-mu, proklamasi-mu, hadir-mu, diri-mu, hidup-mu. Maka torok-mu adalah identitasmu, adalah jati-diri-mu. Ketika engkau menyebut setitik debu, yah, debu-lah engkau yang dirangkai dari berbagai serpihan, yang diendus dalam beragam kepingan, yang dirawat dalam doa, yang dramatis dan memberontak lebih-lebih ketika maling datang atas nama korporasi atau ideologi pembawa kesejahteraan yang melibas martabat manusia, yang membuatmu tidak gampang lupa bahwa tanah dan kebun sejatinya untuk siapa dan dari siapa.