Sejak istrinya hamil, Don Ricardo berjanji untuk mencintai istrinya dengan baik dan sebagai tandanya dia akan selalu memegang Rosario dan mengalungkannya di dadanya. “Aqui esta mi Rosario”, (Ini Rosario saya) sambil menunjukkan Rosario yang ada di dadanya kepada saya. Saya hanya diam mendengarkan dia dan mencoba berempati dengan perasaan yang dimilikinya.
Tiba-tiba alat pancing saya ditarik seekor ikan yang lumayan besar. Aku kaget! Ternyata aku bisa menangkap seekor ikan. Don Ricardo dengan cekatan datang menolong saya. Hampir dua menit ikan itu memberontak. Takut ikannya terlepas Don Ricardo dan Don Gilberto langsung terjun ke sungai untuk mengambil ikan tersebut. Ikan yang lumayan besar tersebut akhirnya aku serahkan kepada Don Ricardo. Dia sangat senang. Cukup satu ikan yang harus ditangkap. Lalu kami mandi di sungai tersebut yang sangat jernih. Kemudian Don Gilberto mengajak saya supaya setelah makan siang saya harus ke rumahnya. Saya menerima undangannya dengan senang hati.
Di jalan pulang Don Gilberto mengaku heran. Baru kali ini dia bisa melihat Don Ricardo tersenyum dan tertawa. Bahkan bisa bercanda dan bercerita tentang dirinya dengan orang lain. Selama ini dia dikenal sebagai seorang pendiam, peminum, penjudi ayam dan segala macam kejahatan lainnya di kampung Guazarita. Tidak ada orang yang datang ke rumahnya. Bahkan adik dan kakaknya pun jarang datang. Kebunnya banyak dan dia menyewa orang-orang Haiti untuk mengerjakan kebunnya. Dia bertahan hidup dengan hasil pertaniannya. Dia tidak memiliki anak. Banyak orang mengatakan, itu terjadi sebagai kutukan atas sikapnya. Ketiga istrinya sebelum Sra. Chabella mengalami keguguran karena dia sering memukul istri-istrinya itu saat hamil. Sehingga mereka lari. Tetapi hari ini Don Gilberto melihat bahwa Don Ricardo sangat berbeda dari yang dilihat sebelumnya.