
Pikiran dan hatiku bergejolak. Hari pertama merasakan kehidupan di kampung Guazarita ternyata diterpa pengalaman yang kurang mengenakkan. Ternyata perbuatanku menolong Ibu muda hamil tua tersebut dinyatakan “berbahaya” bagi diriku. Takut diketahui suaminya yang memiliki reputasi yang tidak baik. Tapi aku yakin God will make a way! Gumamku dalam hati, menyakinkan diriku.
Setelah pulang dari sungai saya mencatat dalam buku harianku: “Pertolonganku atas nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi…” kemudian saya menulis pengalaman unik pagi ini. Aku tutup catatan harianku dengan, Eta lobo lime dite Mori, mose agu mata gaku! (Bahasa Manggarai : Ke dalam tanganMu Tuhan aku serahkan hidup dan mati diriku).
Setelah sarapan pagi, aku mengikuti Don Gilberto dan anaknya Antonio ke kebun coklat mereka yang terletak di atas bukit tidak jauh dari sungai. Di sana saya ikut membersihkan kebun coklat mereka dan memetik buah coklat yang berwarna kuning yang sudah matang. Mereka kaget karena saya bisa menggunakan parang dan pisau dengan baik untuk membersihkan dan mengumpulkan coklat.