Ratapan dan Pujian

Oleh Ferdinandus Erikson, S.Fil., Guru SMAN 2 Sendawar, Kalimantan Timur

Penolakan terhadap Fatalisme dipahami sebagai pandangan yang mengabaikan kebebasan kehendak manusia dan tanggung jawab pribadi. Pandangan fatalistik yang mengatakan bahwa segala sesuatu sudah ditentukan dan tidak dapat diubah sering kali mengarah pada ketidakpedulian terhadap peran kita dalam kehidupan moral dan spiritual kita.

Sebagai contoh, ajaran Katolik menekankan bahwa meskipun Tuhan memiliki pengetahuan tentang segala hal, kita tetap diminta untuk berusaha hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tanggung jawab moral ini mengharuskan kita untuk terus berusaha berbuat baik, memperbaiki diri, dan bertumbuh dalam iman. Kita tidak bisa menganggap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini sebagai hasil dari nasib atau takdir semata, karena setiap tindakan kita memiliki konsekuensi, dan kita bertanggung jawab atas pilihan yang kita buat.

  1. d. Malam bae (Doa) dan Pengharapan

Meskipun ada elemen takdir dalam rencana keselamatan Tuhan, doa dalam tradisi Katolik bukan hanya tentang menerima nasib, melainkan tentang berpartisipasi dalam rencana Tuhan. Doa adalah cara untuk memohon bimbingan Tuhan dan berharap bahwa Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk memilih dengan bijaksana dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.Sebagai contoh, dalam Doa Bapa Kami, umat Katolik berdoa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Ini menunjukkan bahwa meskipun kita memiliki kebebasan kehendak, kita tetap mengakui bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar untuk hidup kita, dan kita berharap untuk dipimpin oleh-Nya.

BACA JUGA:
Hannah Arendt: Menilai Tindakan Politik dan Pencaharian Makna
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More