Ratapan dan Pujian

Oleh Ferdinandus Erikson, S.Fil., Guru SMAN 2 Sendawar, Kalimantan Timur

 

c. Menjiwai Sabar” dan “Ikhlas”

Masyarakat tradisional menghadapi tragedi dan kematian dengan sikap sabar (kesabaran) dan ikhlas (kerelaan). Ketika seseorang mengalami musibah atau kehilangan, masyarakat mengajarkan untuk menerima takdir dengan sabar, tanpa rasa marah atau kecewa. Fatalitas, dalam hal ini, dipahami sebagai bagian dari hokum alam yang harus diterima dengan lapang dada, dan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada Tuhan atau semangat kehidupan yang lebih besar.

 

  1. Kebernilaian fatalitas

Kearifan local mengajarkan beberapa nilai yang dapat membantu seseorang menghadapi fatalitas, baik itu dalam bentuk musibah, kematian, atau peristiwa tak terduga lainnya. Nilai-nilai ini antara lain:

Keteraturan Alam: Banyak masyarakat lokal yang percaya bahwa segala sesuatu dalam hidup ini harus dijalani dengan keseimbangan dan harmoni, baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, maupun manusia dengan alam.

Ketahanan dan Ketabahan: Dalam menghadapi tantangan hidup, banyak kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya ketahanan mental dan ketabahan hati. Fatalitas sering kali dipandang sebagai ujian yang harus dihadapi dengan ketenangan dan kebijaksanaan.

BACA JUGA:
Mengulik Nalar dan Tabiat Sukses Anak menurut Margot Machol Bisnow
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More