Ratapan dan Pujian

Oleh Ferdinandus Erikson, S.Fil., Guru SMAN 2 Sendawar, Kalimantan Timur

Gunung Lewotoni Laki laki meletus lagi pagi tadi
Gunung Lewotobi Laki-Laki di Larantuka, Flores, NTT erupsi lagi pada pagi Kamis, 7 November 2024. Foto istimewa
  1. Asal fatalisme

Dalam konteks kebahasaan, kata “fatalitas” berasal dari kata fatal, yang merujuk pada “keberuntungan yang buruk” atau “kehidupan yang penuh dengan kemalangan atau bencana.” Dari segi etimologis, fatal berasal dari bahasa Latin “fatum” yang berarti takdir atau nasib. Dengan demikian, fatalitas merujuk pada sifat atau keadaan yang memiliki akibat tak terhindarkan.

Merujuk beberapa refleksi tentang fatalitas ini. Dalam pandangan kaum fatalistik, seseorang yang mengalami bencana mungkin tidak dapat melakukan apa pun untuk menghindarinya, karena itu sudah “ditakdirkan.”

Filsuf seperti Epictetus dan Seneca dalam tradisi Stoikisme berpendapat menerima kenyataan hidup, mujur-malang dengan sikap yang tenang dan bijaksana. Mereka tidak berbicara tentang fatalism dalam arti takdir mutlak yang tidak bias diubah, tetapi lebih pada penerimaan terhadap apa yang tak bias kita kontrol dan bagaimana kita bereaksi terhadapnya. Dalam pandangan Stoik, peristiwa-peristiwa dalam hidup memang bias terjadi di luar kendali kita, tetapi bagaimana kita merespons peristiwa tersebut adalah pilihan kita.

BACA JUGA:
Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More