Ratapan dan Pujian
Oleh Ferdinandus Erikson, S.Fil., Guru SMAN 2 Sendawar, Kalimantan Timur
Nazar dalam konteks Katolik merujuk pada suatu janji atau sumpah yang dibuat oleh seorang individu untuk melakukan persembahan atau pengorbanan kepada Tuhan. Manusia memohon sesuatu (seperti keselamatan, kesembuhan, atau berkat), atau sebagai ungkapan syukur atas penerimaan berkat atau rahmat yang telah diterima. Syair ratapan bagi orang yang meninggal (baca: Requiem) dengan lirik “…membayar nazar” sepertinya berbanding terbalik dengan isi lagu Requiem secara keseluruhan. Peristiwa bencana yang merenggut jiwa setelah beribu lilin menyala harus dibayar dengan kematian. Nazar yang semestinya berujung pada keselamatan, kesembuhan, berkat menjadi malapetaka, penyakit dan juga kutuk. Dalam kisah Yefta yang membuat nazar untuk mempersembahkan sesuatu yang pertama kali keluar dari rumahnya jika dia diberikan kemenangan dalam pertempuran (Hakim-hakim 11:30-40). Yefta memenangkan pertempuran melawan para perampok Amon. Namun karena nazarnya maka anak gadisnya yang masih perawan menjadi tumbal nazarnya. Para kritikus teks yang berkiblat pada tafsirdenotatifbersikukuh bahwaperbuatan Yefta bisa dibaca sebagai pelanggaran HAM berat.