Rasa Bangga, Malu Dalam Percakapan Tatap Muka, Serta Dampaknya Terhadap Kesehatan

Oleh: Yustinus Suhardi Ruman*

Dalam konteks mereka masing-masing, setiap individu berusaha mendefinisikan diri. Ada yang mendefinisikan sebagai orang yang terpilih untuk sebuah tanggungjawab tertentu, meskipun tidak mereka minta. Sebagian yang lain, mendefinisikan diri sebagai orang yang tidak perlu bertanggungjawab atas situasi yang terjadi di sekitar atau berkaitan dengan hidup mereka. Dan oleh karena itu, mereka tidak berfokus pada diri mereka sendiri, melainkan berpaling pada faktor yang lainnya.

Ada orang yang menggambarkan dirinya dengan penuh kebanggaan mengungkapkan dan menunjukkan apa yang dialaminya dengan jujur. Bahkan mendefinisikan dari sebagai orang yang terpilih. Bukan orang yang menderita. Namun sebagian lain, cenderung malu untuk mengungkapkan diri dengan terbuka dan jujur.

Merasa Bangga dan Malu

Berbasis pada uraian teori Psikologi analisa tentang emosi Thomas Scheff, (Turner, 1998), dalam sebuah interaksi mikro yang melibatkan perjumpaan tatap muka, face to face antara seorang individu dengan individu yang lainnya, ada dua pengalaman yang sering hadir menyertai setiap individu. Kedua pengalaman itu adalah perasaan bangga (pride) pada diri sendiri, dan kedua adalah perasaan malu (shame).

BACA JUGA:
Ge Healthcare Gandeng Rumah Sakit Swasta di Indonesia Dukung Transformasi Layanan Kesehatan
Berita Terkait
1 Komen
  1. joe andre berkata

    Opening film ini yang menarik om 😆

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More