Rasa Bangga, Malu Dalam Percakapan Tatap Muka, Serta Dampaknya Terhadap Kesehatan
Oleh: Yustinus Suhardi Ruman*
Yang menarik perhatian saya dari dialog mereka adalah pernyataan dari orang yang menderita cancer tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak ada yang kebetulan terjadi. Tuhan sudah mengatur semuanya, meskipun kita merasakan penderitaan. Ia mengatakan bahwa saya merasa dipilih untuk menderita cancer.
“Saya merasa dipilih untuk menderita cancer”. Saya memiliki kesan, pria penderita cancer tersebut tidak menunjukkan nada dan wajah penyelasan dari ucapan ini. Ia bahkan mengucapkannya dengan penuh rasa percaya diri. Dalam interpretasi saya, ia bangga karena ia dipilih untuk hidup dengan cancer. Tidak semua orang dipilih, ia adalah salah satu dari kelompok yang tidak umum. Oleh karena itu, ia tidak malu dan marah dengan kondisinya. Sekali lagi, ia merasa terpilih.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Nicole saat menjelaskan penderitaannya. Bahkan ia tidak ragu untuk menjelaskan status pekerjaan dan tempat tinggalnya. Ia mengatakan bahwa ia bekerja sebagai tukang pijat dan tinggal di rumah sewah pada sebuah pemukiman miskin. Saat ke luar dari rumah sakit, Nicole menjalani hidup dengan lebih produktif dan positif.
Opening film ini yang menarik om 😆