Rasa Bangga, Malu Dalam Percakapan Tatap Muka, Serta Dampaknya Terhadap Kesehatan

Oleh: Yustinus Suhardi Ruman*

Namun, sebaliknya rasa malu pada diri sendiri akan menyebabkan depresi, depresi akan mendorong kemarahan. Selanjutnya kamarahan tidak hanya akan menciptakan penderitaan tubuh, tetapi juga merusak dan terganggunya ikatan sosial.

 Dalam cerita film di atas sumber kebanggaan itu adalah pengakuan bahwa Tuhan berada dibalik setiap perisitwa hidup kita. Pengakuan itu mengafirmasi sebuah sikap untuk menerima, sebab tidak ada pilihan lain, kecuali menerimanya dengan bangga sebagai yang terpilih.

Menerima dalam konteks ini bukan dalam pengertian yang pasif. Menerima adalah sebuah kata kerja yang menuntut sikap aktif setiap individu. Aktif untuk melakukan tindakan-tindakan yang menghidupkan. Kita dapat melakukannya, karena kita bangga sebagai orang yang terpilih. Kebanggaan dalam konteks ini menciptakan sebuah energi yang menggerakkan kita tetap aktif dalam level yang pantas dan sesuai dalam kondisi masing-masing.

Banyak kesakisan di sekitar kita, orang yang bangga dirinya sendiri selalu bersikap positif menghadapi setiap kesulitan yang mereka alami, termasuk dalam hal ini adalah situasi sakit atau penderitaan. Dalam sikap positif itu selalu terjadi banyak mujisat hidup yang mereka tidak duga. Sekurang-kurangnya tetap merasa bahagia.

BACA JUGA:
1,6 Juta Anak Indonesia Beresiko Alami Alergi Susu Sapi
Berita Terkait
1 Komen
  1. joe andre berkata

    Opening film ini yang menarik om 😆

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More