Rare Earth Elements (REE) & Rencana Tambang Gamping Di Matim (bagian 1 dari 4 tulisan)

REE sulit ditambang (diproduksi). Sejak 1990-an, Tiongkok memegang kendali sekitar 97% industri REE melalui ongkos produksi murah, pajak ekspor tinggi, dan keterbatasan pasokan (ECI, 2017). Tahun 2010, Tiongkok membatasi ekspor REE ke Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Eropa. Maka timbul krisis REE. Ini sinyal persaingan kendali industri hankam negara dan sumber daya alam strategis secara global. Isu pokok ialah kelambatan berbagai negara membangun industri REE secara berkelanjutan (bernilai sosial-ekonomi dan ramah-lingkungan).

Akhir Juni 2012 di San Diego, California, Amerika Serikat (AS), Engineering Conferences International (ECI) menggelar konferensi internasional REE, yang melibatkan 31 ahli REE asal Jepang, Amerika Serikat, Tiongkok dan Kanada. Misalnya, Dr. Daniel Tao asal University of Kentucky (AS), Dr. Keith A. Delaney asal Rare Earth Industry and Technology Association (AS), Prof. Ruan Chi, Wuhan Institute of Technology (Tiongkok), Prof. Xiaowei Huang, General Research Institute for Nonferrous Metals (GRINM) (Tiongkok), Prof. Atsushi Muramatsu, Tohoku University (Jepang), Prof. Junji Shibata, Kansai University (Jepang), Prof. Zhenghe Xu, University of Alberta (Kanada), dan Dr. Bradley Van Gosen, U.S. Geological Survey (AS).

BACA JUGA:
“Buru Warat” dan Deep Ecology ala Orang Manggarai
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More