
Pada bentuk puritanisme agama, gerakan radikalisme agama menekankan cara beragama yang lebih ketat sesuai dengan doktrin-doktrin agama. Puritanisme agama juga tampak dalam cara pandang dan cara bersikap terhadap ilmu pengetahuan ilmiah. Bagi kaum puritan, ilmu pengetahuan harus dibangun di atas dasar dan dikembangkan dalam kerangka doktrin-doktrin agama. (Alex Aur, Media Indonesia, 3 September 2019).
Gerakan ini dengan sendirinya membawa dua sikap ekstrem sekaligus. Pertama adalah pemutlakan cara pandang dalam hal apapun karena Tuhan adalah sumber dari segala hal yang ada di muka bumi. Kedua penyeragaman atas sikap dan perilaku baik dalam tatacara peribadatan maupun aturan dan larangan.
Kedua ekstrem ini akan bersinggungan bahkan berbenturan dengan pluralisme sebagai sebuah kenyataan sosial. Benturan ini mungkin saja melahirkan sikap fobia – ada bayangan ketakutan dan ketidakberdayaan, yang berbuntut pada terorisme yang membunuh manusia dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Dalam lingkungan kemiskinan yang akut, kehidupan social yang timpang dan memancarkan aroma ketidakadilan, konsep-konsep cair ini mudah menggerus rasionalitas dan menggelembungkan kesesatan. Orang berpikir mati hari ini sama saja dengan besok. Tetapi mati dengan dijemput oleh bidadari itulah yang membedakan. Dan kebahagiaan ini tergantung cara mati yang dipilih. Diperlukan kontra narasi yang membebaskan cara pandang yang sesat.***