Padahal, agama sebagai sumber kebajikan, terkandung di dalamnya nilai-nilai kemanusiaan universal, yang tidak hanya menjadi property sah salah satu agama. Dakwah keagamaan, terlepas dari apapun agamanya, ia harus menjadi media pewarta kebajikan yang mencerahkan setiap insan ciptaan Tuhan dan bukan sebaliknya mengotak-otakkan manusia berdasarkan aliran kepercayaan.
Dimensi ini hampir selalu terlupakan. Ia luput dicermati melalui sikap wisdom para pemegang otoritas kekuasaaan negara dan elite keagamaan. Sikap lunak terhadap para penghujat ini mengubah dunia social yang penuh kemajemukan menjadi ekologi bagi berkembangnya intoleransi.
Sikap mendua terhadap agitasi social, tindakan provokatif, yang ditunjukkan aparat negara dan pemuka agama berakibat upaya pencegahan dan eliminasi radikalisme dan terosrisme melalui perang siber yang massif tidak banyak memberi kontribusi. Bagaimana kita memerangi virus radikalisme yang tidak nyata kelihatan, sementara yang nyata di depan mata dihadapi dengan sikap gagap ?