Puisi “Tini Minta Karet”: Refleksi Bersama Edi Menori

Oleh : Alvares Keupung**

Kritik simbolik yang disampaikan Edi Menori dalam Puisi ” Tini Minta Karet ” mestinya menjadi sebuah awasan bagi setiap keluarga, bagaimana menata kehidupan berumah tangga dalam bingkai kesetiaan dan keharmonisan.

Bagian Keenam : Keluarga Adalah Satu Kesatuan Yang Utuh

Akhirnya Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat satukan kami sekeluarga
Agar bahagia selalu.
Amin.

Pada akhirnya, secara keseluruhan Puisi ” Tini Minta Karet “, Edi menori membentangkan sebuah harapan, dalam situasi apa pun, setiap kehidupan berumah tangga ( keluarga ) mesti dibangun dan dibingkai dalam satu kesatuan yang utuh. Dan, ideal bagi sebuah keluarga : membangun rasa saling percaya, kesetiaan, keharmonisan yang diperkuat dengan keberserahan kepada Tuhan ( doa ) demi mencapai kebahagian yang langgeng.

Akhirnya Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat satukan kami sekeluarga
Agar bahagia selalu.
Amin.***

**Penulis adalah warga Lela diaspora. Berdomisili di Ende.

BACA JUGA:
Iman Kristiani dan Prilaku Koruptif
Berita Terkait
1 Komen
  1. Carlos Sarianto berkata

    Terima kasih atas ulasannya. Sedikit bertanya tentang kutipan pernyataan Rene Descartes: ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”. Saya mendalami filsafat Descartes, namun tidak menemukan pernyataan itu. Setahu saya, hanya Socrates yang pernah membuat pernyataan sejenis, tetapi bukan seperti yang dikutip penulis. Socrates berseloroh demikian: ” Hidup yang tidak direfleksikan, tidak layak dihidupi ”. Bukan seperti yang dikutip penulis ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More