Puisi-Puisi Tinyo Tali Meta “Lonceng Gereja”
LONCENG GEREJA
Lonceng gereja tua bermelodikan nada september yang khas tepat sembilan pagi, membawakan selaksa rasa tiada perkataan dan pengertian yang jelas di teluk jiwa yang bening seperti lautan amboina di waktu subuh, menjunjung sinar surya pertama yang mulai mengipaskan sayap di remang-remang pegunungan timur dengan mata penuh awan-awan kenangan yang berlari, pergi tak lagi menoleh ke belakang jejak yang pernah tumpah tercecer bersama kabut di relung pemandangan, perlahan-lahan disapu bersih angin barat yang sedang lewat.
(Tinyo Tali Meta, Santiago de Anaya, 07/09/2020)
SEPASANG TEKUKUR
Sepasang tekukur dewasa saling mencatuk mesra di halaman pagi yang lekuk menyendiri di balik pintu kayu yang luntur parasnya, mengejutkan kantuk yang masih tersisa di pelupuk mata, merujuk kepada arus yang berbunga di hempasan ekor ikan tongkol, berair kebisuan menyaksikan pergelutan kasih yang membara di atas pohon duri dan pasir batu, mengkilat hingga terukir rapih di wajah yang sedang dibasuh asmara lama sambil berenang di perairan masa-masa mendatang, yang penuh keraguan masih merebahkan diri dalam rangkulan percobaan.
(Tinyo Tali Meta, Santiago de Anaya, 08/09/2020)