Puisi-Puisi Gerald Bibang
LAMUNAN 2020
desiran angin terjerembab oleh titik-titin hujan deras; menyibak dan meluberi trotoar ibukota; menyerupai derap langkah dari orang yang kukenal; aku kira kau yang tiba, anakku; langkahmu sudah tak jelas terbaca di telingaku; tanah kita sudah berubah rupa; bertaburan di sana sini kata-kata makian dan umpatan; mengklaim diri paling layak masuk surga; sementara kita-kita yang lain hanya dapat jatah api neraka
suara manusia dan kicau murai sejak bulan Maret telah menjelma air mata lara; melenyapkan simfoni gelombang samudera dari Lautan Hindia; pandemi dahsyat telah menyeret kekasih-kekasih kita ke alam baka; ke tempat dari mana kita tak dapat memanggil mereka kembali; kepergian mereka tanpa arah balik; perih sekali di sanubari!
sini telingamu, hendak kubisikkan sesuatu: tanah ini bukan lagi kita punya, anakku;
anjing-anjing memburu salaknya sendiri; malam tertusuk bayang-bayang hujan batu dan lamunan perih; kita sesama ciptaan sudah lupa diri; hanya hidup berlomba-lomba menjadi pemenang dengan meniadakan sesama yang lain; tanah ini bukan lagi kita punya; tidak lagi seperti dulu yang kita kenal