
Polarisasi Politik dalam Terang Fratelli Tutti
Oleh Lorensia Andung, Mahasiswi Stipas St. Sirilus Ruteng
Salah satu langkah konkret yang ditawarkan Fratelli Tutti adalah membangun dialog yang tulus. Dialog tidak berarti kita harus sepakat dalam segala hal. Dialog berarti kita mau saling mendengarkan, mau memahami sudut pandang orang lain, dan berusaha mencari titik temu. Paus Fransiskus menegaskan bahwa dialog yang sejati bukanlah sekadar strategi, melainkan sebuah cara hidup. Dalam dialog, kita menempatkan orang lain bukan sebagai lawan yang harus dikalahkan, melainkan sebagai saudara yang harus dihargai.
Selain itu, Fratelli Tutti juga mengajak kita untuk menghidupi semangat solidaritas. Solidaritas berarti mengakui bahwa kita semua saling membutuhkan. Tidak ada kelompok yang bisa berjalan sendiri tanpa keterlibatan kelompok lain. Dalam solidaritas, kita diajak untuk memikirkan kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan kelompok sempit. Dengan cara ini, politik bisa kembali ke tujuan sejatinya, yaitu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
Polarisasi politik juga menuntut keterlibatan gereja. Gereja dipanggil menjadi garam dan terang dunia, menghadirkan nilai-nilai Injil dalam kehidupan sosial-politik. Gereja tidak boleh larut dalam arus polarisasi, melainkan harus menjadi jembatan yang mempertemukan pihak-pihak yang berbeda. Peran pastoral gereja sangat penting dalam membimbing umat agar tidak terjebak dalam kebencian, melainkan mengembangkan sikap kritis sekaligus penuh kasih.
