Polarisasi Politik dalam Terang Fratelli Tutti

Oleh Lorensia Andung, Mahasiswi Stipas St. Sirilus Ruteng

Polarisasi politik sering lahir dari sikap fanatisme buta, di mana seseorang hanya menganggap benar kelompoknya sendiri dan menolak mendengarkan pihak lain. Situasi ini diperparah dengan media sosial yang kadang memunculkan ruang gema, di mana orang hanya berinteraksi dengan mereka yang sepemikiran. Akibatnya, masyarakat semakin terkurung dalam kotak-kotak sempit. Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti menekankan pentingnya budaya perjumpaan. Artinya, kita diajak untuk keluar dari zona nyaman, berani mendengar orang lain, dan membuka diri terhadap kebenaran yang mungkin datang dari luar kelompok kita.

Dalam terangenskuklik  Fratelli Tutti, polarisasi politik bukan hanya masalah politik itu sendiri, melainkan juga masalah kemanusiaan. Ketika orang mulai memandang lawan politiknya sebagai musuh, ia kehilangan kepekaan terhadap martabat manusia. Padahal, inti dari ajaran gereja adalah pengakuan bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Menghina atau memusuhi orang lain hanya karena pilihan politik berarti merendahkan martabat manusia itu sendiri.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More