
Polarisasi Politik dalam Terang Fratelli Tutti
Oleh Lorensia Andung, Mahasiswi Stipas St. Sirilus Ruteng
INDONESIA dikenal sebagai negara demokrasi dengan masyarakat yang majemuk, baik dari sisi budaya, suku, agama, maupun pilihan politik. Salah satu tantangan terbesar dalam demokrasi Indonesia adalah munculnya polarisasi politik yaitu keterbelahan masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang saling berlawanan karena perbedaan pandangan politik. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, polarisasi politik menjadi salah satu persoalan yang semakin nyata. Masyarakat sering terbelah dalam dua kutub yang berbeda, saling menegaskan perbedaan, bahkan tidak jarang menimbulkan konflik, pertengkaran, dan permusuhan. Perbedaan pandangan politik yang seharusnya menjadi hal yang wajar dalam sebuah negara demokratis justru berubah menjadi jurang pemisah. Polarisasi politik tidak hanya terjadi di ranah elite, tetapi juga merambah ke masyarakat bawah, termasuk dalam keluarga, lingkungan kerja, bahkan komunitas keagamaan.
Dalam konteks ini, ajaran Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti (2020) menjadi sangat relevan. Dokumen ini berbicara tentang persaudaraan universal dan persahabatan sosial sebagai jalan menuju dunia yang lebih adil dan damai. Fratelli Tutti mengingatkan kita bahwa perbedaan pandangan, termasuk dalam politik, tidak seharusnya menjadi alasan untuk memutus tali persaudaraan. Sebaliknya, perbedaan itu bisa menjadi peluang untuk saling memperkaya satu sama lain, asalkan kita mau membuka hati dan membangun dialog.