
Po*, Lebih Hebat dari “Bang Lawo”
Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)
Bang Toyib dan belakangan ini abang berdompet tebal yang bikin jablai mendekat, “bang lawo” adalah teknik berburu tikus (lawo) dengan jasa anjing pemburu.
Pelaku “bang lawo” biasanya membawa anjing mereka di tempat-tempat yang diindikasikan sebagai sarang tikus. Anjing-anjing itu mencangkul hingga dalam dan menyalak keras untuk mengganggu tikus yang barangkali sedang tertidur pulas (mirip koruptor).
Terkadang pelaku menggunakan api, kemudian mengipaskan asap untuk menambah efek kejut bagi tikus. Kaget karena diganggu anjing atau asap, tikus-tikus itu lari tunggang langgang dari persembuyian mereka. Ibarat menunggu “bola muntah” si abang menunggu tikus di lubang-lubang keluar.
Dia hanya mengayunkan bampang****. “Bukkk…” Tikus menggelepar. Sama seperti Po, pelaku “bang lawo” memburu tikus-tikus itu untuk menambah sedap menu makan mereka. Konon, dagingnya renyah. Hmmm…
Namun, dalam kalkulasi sederhana, sehebat apapun teknik “bang lawo”, tidak akan sanggup menjelajahi 1 hektar tanaman padi dengan mudah. Selain lama, teknik ini juga merusak pematang sawah. Seringkali pelaku “bang lawo” kena damprat kasar pemilik sawah gara-gara bongkar-bangkir terasering yang sudah tertata rapih.