Pergeseran Sikap Masyarakat dalam Membangun Inklusi Sosial dari Sikap Toleransi Menuju Sikap Solidaritas

Oleh Marselina Leliosa, Mahasiswa Semester VII Stipas St. Ruteng

3. Partisipasi dalam Gerakan Sosial: Gerakan sosial seperti Black Lives Matter, feminisme, dan gerakan iklim global semakin menarik perhatian banyak orang. Gerakan ini tidak hanya mengandalkan toleransi terhadap perbedaan, tetapi juga mendesak aksi kolektif untuk memperbaiki kondisi yang tidak adil. Partisipasi dalam gerakan-gerakan ini mendorong masyarakat untuk berpindah dari toleransi pasif ke solidaritas aktif.

 

Tantangan dalam Mewujudkan Solidaritas

Akan tetapi  pergeseran dari toleransi menuju solidaritas bukanlah hal yang mudah. Beberapa tantangan utama yang dihadapi antara lain:

  1. Ketidakpercayaan Antar Kelompok: Di banyak masyarakat, terutama yang heterogen, ketidakpercayaan antar kelompok seringkali menjadi penghalang dalam mewujudkan solidaritas. Diskriminasi, stereotip, dan prasangka yang ada di masyarakat dapat menghambat proses solidaritas. Oleh karena itu, penting untuk membangun saling pengertian dan dialog antar kelompok yang berbeda.
  2. Struktur Sosial yang Tidak Mendukung:Ketimpangan ekonomi, politik, dan budaya seringkali menghambat terciptanya solidaritas. Dalam sistem yang tidak adil, solidaritas bisa terhalang oleh kepentingan individu atau kelompok yang lebih berkuasa, yang berusaha mempertahankan status quo.
  3. Keterbatasan Sumber Daya: Mewujudkan solidaritas sering kali memerlukan sumber daya, baik berupa waktu, tenaga, maupun dana. Keterbatasan sumber daya ini dapat menjadi penghambat bagi banyak orang untuk terlibat aktif dalam menciptakan perubahan sosial.

Kesimpulan

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More