Perempuan Napi (Pusi-Puisi Epi Muda)

Unit Gabriel, 2020

Jendela Retak

Malam tidur di keningku menitip seribu pertanyaan
aku terlelap dalam buaian sajak rindu larut dalam gelapnya mimpi

Pagi segera mengecup keningku
aroma kopi buatan ibu tembus mengusap bola mataku
segera jendela kamarku retak di pelataran sunyi
bersama pena uzur yang selalu melayang mencium kolom-kolom buku usang

Aku bukan jendela yang retak dimangsa sajak-sajak berbau pesing
aku adalah puisi yang selalu melekat pada jari telunjuk ibu

“nak kenapa jendela kamarmu ini selalu retak di setiap waktu?”
“ibu, itu bukan aku yang buat selebihnya sajak yang rapuh menendang jendela kamarku
sampai retak!”
Jendela retak tak sanggup tampung duri dalam sajak
maaf, sajakmu terlampau keras!

Unit Gabriel, 2020

Malam yang piatu

Kepingan sunyi sedang merana dalam waktu dengan selembar senyum
Sisa sajakku masih melekat di bibir mungilmu sekali-kali membuatmu terlelap
pada daun waktu yang masih menawan dalam gelapnya malam.

Aku duduk dalam pecahan sunyi mengingat bahwa gingsul pada gigimu terus berkata dalam
sunyi membuat malamku menjadi piatu di tengah tebaran imajinasiku
sesaat melihatmu tertawa di pinggir pantai sewaktu senja tadi.

BACA JUGA:
King Saipul Jamil Batal Bebas Kemarin, Hasil Lab Rambutnya Belum Keluar
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More