Pengibaran Bendera Ula-Ula: Ritual Sakral Kaya Makna Dalam Tradisi Pra-Nikah Masyarakat Sulawesi Selatan
Oleh Dionisius Ngeta (Warga Masyarakat Bukit Nangahure Kelurahan Wuring, Alok Barat, Sikka)
Sepintas diamati, bentuk bandera tersebut seperti manusia. Panjangnya kurang lebih 7 meter. Terbuat dari kain. Bagian paling atas, tampak seperti kepala manusia. Bagian sisi kiri dan kanan tampak seperti kedua tangan manusia yang menjulur ke bawah. Lalu ada bagian tubuh dan kedua kaki yang menjulur panjang ke bawah.
Masyarakat Bugis menyadari eksistensinya sebagai manusia yang memiliki asal-muasal. Menaikan dan pengibaran Banndera Ula-ula sesungguhnya adalah symbol, tanda yang mengisyaratkan bahwa masyarakat Bugis memiliki asal-usul, nenek moyang yang telah mendahulu mereka (leluhur). Mereka (para leluhur) hidup di dunia yang lain dan mereka hadir dalam setiap hajatan dan suka duka kehidupan keluarga. Karena itu pengibaran Bandera Ula-ula adalah tanda penghormatan dan kehormatan sebagai keluarga keturunan Ningrat. “Pengibaran Bandera Ula-ula adalah symbol penghormatan terhadap para leluhur dan pengakuan akan keberadaan dan kejayaan para leluhur. Mereka ada di dunia seberang”, demikian seorang Haji yang tidak mau disebutkan namanya dalam sebuah wawancara.