Pemberdayaan Perempuan, Puskesmas Poned, dan Profesionalisme Bidan dalam Upaya Mengatasi Kematian Ibu dan Anak Maupun Stunting di NTT
Apa yang salah di sini? Tentu jika kita mengevaluasi diri, kitalah yang salah. Kita perlu menanggapi upaya pihak luar yang bersifat merangsang ini dengan management penggunaan dan kontrol berkelanjutan. Jika proyeknya berhenti, diupayakan daerah setempat melalui pengelolaan leadership dan management pemerintah setempat melanjutkannya mulai dari program dan kegiatannya sampai dengan anggaran budgetingnya. Peran yang bermain di sini adalah kontrol kinerja untuk menjawabi target pencapaian dan kontrol perilaku. Kontrol kinerja harus diiringi dengan persiapan sumber daya manusia kesehatan yang professional. Menyiapkan tenaga bidan yang terlatih dengan manajemen Persalinan Obstetri Emergensi dasar (PONED) dan Managemen terpadu Balita Sehat (MTBAS) yang berkelanjutan sepanjang hayat Nusa Tenggara Timur. Sehingga memberikan keberlanjutan offering mutu kinerja yang berdampak pada management pertolongan persalinan yang berkualitas guna menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Jika kita tidak melupakan sejarah, tokoh NTT yaitu Dr.Ben Mboi, dalam sambutannya di depan banyak orang yang beliau pimpin, kontrol kinerja itu harus butuh kerja keras dan berkesinambungan dengan turun ke bawah. Beliau mengatakan bahwa seorang kepala desa mengunjungi Rakyatnya setiap minggu, Camat dua Minggu sekali, Bupati tiga Minggu sekali maka Gubernur sebulan sekali. Nasihat beliau ini sesuai teori management yang disampaikan oleh George Ritzer dan Douglas Boodman. Kedua ilmuwan management itu sengaja menyampaikan teori kontrol kinerja ini agar kita bisa melaksanakannya memperbaiki Negeri ini dari bahaya masalah kesehatan yang selalu mengancam. Strategi turba ini selalu dipakai oleh pemimpin kita untuk selalu mengontrol pembangunan. Namun, belum juga membuahkan hasil dalam hal ini tetap saja angka kematian ibu dan anak tinggi.