
Pater Piet: Dimulai dari Golo Mama
Oleh: Bernadinus Steni, Sekampung dengan Pater Peter Aman Ofm
Ketika raganya mulai melemah akibat sakit setahun silam, dia bahkan masih aktif terlibat dalam grup-grup diskusi kerusakan alam akibat tambang.
Suaranya terus bergema mengkritik dengan tajam rencana Pemerintah membuka tambang batu gamping di lokasi-lokasi rawan. Pesannya menggemakan kembali etika tradisional manggarai, “Neka teing tange berit, rantang jajah lata”, jangan menggadaikan ruang hidup kalau tidak mau dijajah orang”.
Piet sadar, lingkungan yang rusak adalah satu paket dengan penyerobotan sistematis penguasaan sumber daya. Ketika dua-duanya jatuh, komunitas tidak punya pilihan lain selain jadi kacung suruhan.
Buat Piet, masalah lingkungan bukan lagi soal bencana karena hal itu adalah keniscayaan. Tetapi relasi dengan alam harus dikemas dalam bentuk baru, yakni relasi dialog.
Ini jauh lebih mendasar daripada sekedar kata “terima” dan “tolak” atau cerita dampak ini dan itu. Relasi baru itu menukik masuk pada dimensi kesadaran yang dapat dilacak hingga ke pertanyaan tentang siapa kita dan untuk apa kita kita ada di dunia ini.