Kelima, dari tayangan video yang viral, sangat jelas terlihat ekspresi wajah dan gestur tubuh Gus Miftah bersama dua orang yang mendampinginya, menunjukkan bahasa “mengolok” dan menertawai Sunhaji sang penjual Es Teh.
Catatan – catatan ini menjadi sangat jelas, bahwa Gus Miftah sedang terperangkap ke dalam paradoks yang sedang dilakukannya. Lalu apa pesannya ?
Kita menarik suatu pelajaran, betapa pentingnya menjaga bahasa. Kita barangkali memiliki suatu pikiran seabrek maksud baik, tetapi kita sering lupa bahwa kecepatan berbahasa sering mendahului apa yang kita pikirkan. Akibatnya yang lain bisa terluka. Baik juga pesan tua, ” jaga mulut dan perkataan, rawat pikiran ” untuk mawas diri agar tidak terperangkap ke dalam perangkap yang sama : PARADOKS GUS MIFTAH.***
* Penulis, warga Kecamatan Lela berdomisili di Ende.