Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota

Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.

Tiba di rumah di Almere, saya ceritakan ke istri tentang pertemuan saya dengan Romo Sensi dan kemungkinan untuk melawat ke Belanda. Istri saya, senang. Dia katakan, supaya romo Sensi tidak capek, kita ambilkan pesawat dari Muenchen ke Amsterdam, atau Muenchen Duesseldorf lalu kita jemput dia di sana. Tempat-tempat yang dikunjungi pun didata: berlayar sepanjang kanal kota tua Amsterdam, melihat gedung-gedung VOC, Troppen Museum, kapal phinisi VOC di Lelystad lalu makan ikan asap di kota wisata Vollendam sambil foto-foto pake pakaian tradisional Negeri Kancir Angin itu di sana.

Eh, ternyata dari Muenchen beberapa hari sesudahnya dia telpon bahwa jadwal diubah panitia. Selesai di Muenchen, semua peserta wisata bersama ke beberapa tempat di Jerman Selatan, lalu ke Wina Austria untuk seterusnya ke Swiss, dan dari sana semua peserta kembali ke negara masing-masing.

Kedua, malam dana di Mangga Dua Jakarta. Sejak di Koeln itu, saya tidak pernah berkontak dengan dia. Sampai akhirnya ketika dilaksanakan malam dana di Mangga Dua untuk keuskupan-keuskupan di Flores, tahun 2013, kalau tidak salah. Ada uskup Cherubim , Uskup Hubert, Uskup Frans dari Larantuka. Dan Uskup Sensi pemimpinnya mewakili uskup-uskup beri kata sambutan. Setiap kali dia selesai bicara, tepuk tangan meriah. Begitu terus, sampai selesai. Banyak sekali orang hadir.

BACA JUGA:
Poro Duka yang Malang dan Duka yang Terlupakan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More