Pancasila pada Seutas Senyuman

Oleh: Bernadinus Steni

Cukup dengan cara hidup yang lumrah dijalankan hari-hari, melalui senyum penuh cinta dan persahabatan. Itu sudah cukup. Small things matter.

Apa sebetulnya Pancasila itu? Ada tiga tipologi yang secara sepintas dapat diobservasi pun dialami sendiri dari cara orang berPancasila.

Pembaca bisa merenungkannya atau mengobservasinya sendiri dari perilaku orang-orang yang menyeru-nyerukan Pancasila tiap waktu.

Pertama, seperti pengantar di atas adalah para pemikir yang menempatkan Pancasila sebagai suatu filsafat yang kompleks. Ia membutuhkan penjelasan dari suatu struktur berpikir dan jaringan pengetahuan.

Dalam perspektif filsafat pengetahuan, cara seperti ini penting. Pancasila perlu dipelajari dalam struktur pengetahuan logis yang kemudian disandingkan dengan filsafat lainnya.

Buku tebal dan beberapa seri SKS kuliahan tidak ada salahnya untuk mendukung pengetahuan ini. Tetapi Pancasila lahir bukan sebagai latihan berpikir. Tidak cukup dia menjadi filsafat.

Dalam berbagai kesempatan Bung Karno menyebut Pancasila adalah sikap terapan sehari-hari. Menempatkan pancasila sebagai pengetahuan abstrak semata justru menjauhannya dari perilaku.

BACA JUGA:
Selamat Datang Paus Fransiskus di Bumi  Pancasila  Bhineka Tunggal Ika
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More