
Bahwa para pendahulu kitamungkin tidak terstruktur, tentu merupakan bagian dari perkembangan kebudayaan yang saat itutidak butuh banyak penjelasan struktur ilmiah selain mendapatkan fungsi efektif.
Karena itu, ilmuwan-ilmuwan medis di universitas kelas wahid dunia telah melampaui disiplin, melewati multidisiplin, bahkan bergerak maju dari pendekatan interdisiplin. Studi-studi pengobatan mereka sudah masuk wilayah transdisiplin.
Disana tidak lagi dipertanyakan, apakah suatu pengobatan berbasis ilmu pengetahuan ilmiah atau bukan. Tetapi apakah cara tertentu itu mampu menyembuhkan secara efektif. Sejauh penerapan suatu pengobatan bisa menyembuhkan pasien maka cara itu pun dipandang sebagai salah satu metode.
Saya jadi bertanya-tanya. Jangan-jangan penyudutan jamu sebagai bukan sains,tidak saja untuk menurunkan status pengetahuan timur tetapi ada agenda bisnis di belakangnya.
Jualan jamu, apalagi modal ulekan dan gendong pikul kemana-mana, tidak bakal mendatangkan profit besar. Beda dengan dagang obat-obatan pabrik. Bisa petantang-petenteng pakai dasi. Hasilnya lebih gurih pula. Semoga saja tidak.