Ngkiong; Seruling Alam: Bahwa Flores Masih Punya Hutan

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Dia bersenandung tentang gunung-gunung berselimut hijau, tentang lembah berair jernih, tentang kabut pekat yang menutupi mata kaki. Kemudian orang berangkulan, bergandengan, meraih kebersamaan melewati hari.

Ngkiong bersaksi bagi ruang kecil Flores, bahwa pulau itu berlanskap ramah karena gunung-gunung dan bukit-bukit berhutan. Bahwa pada lereng-lereng yang curam, tradisi pertanian kami tetap terjaga dan berlanjut karena dianugerahi pohon-pohon berkuku dalam, memaku bumi agar tidak longsor dan banjir.

Ngkiong, tidak suka pamer kata penulis jagadrimba, Yovie Jehabut.* Ia beda dengan Ngkeling** yang berisik sepanjang waktu, apalagi jelang mencuri jagung petani. Hawi haol.*** Burung ini semerdu seruling gembala.

Pernah kudengar sekali, dulu tahun 80an. Jelang sore saat orang tua kami masih berserunai dengan cangkul dan mata bajak. Suaranya tipis dan tulus, menyelinapkan keheningan yang damai. Ia ibarat kabar suka dari jauh, bahwa hutanku masih disini.

Ketika gemanya bersahutan terpantul gunung dan lembah, dunia lainnya mendadak sepi. Ia membawa kita ke keheningan yang menghanyutkan, jauh ke dalam jiwa. Bahkan menuju masa lalu, membawa memori ke banyak kisah, termasuk mengenang mereka yang telah pergi.

BACA JUGA:
Eulogi: Untukmu Charles Lau
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More