Nataru Sebagai Momentum Transformasi Diri (Sebuah Refleksi)
Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
Oleh karena itu, makna perayaan natal, sesungguhnya bukan terletak pada ritusnya, melainkan terletak pada transformasi diri, yakni menjadi manusia baru berkat kelahiran Yesus Sang Putra Natal. Dengan demikian, Natal Yesus harus menjadi Natal kita, ketika kita dilahirkan secara baru menjadi manusia baru, yang berarti manusia lama ditanggalkan dan kita mengenakan manusia baru, yang memiliki hati dan budi yang baru, sebagaimana yang ditunjukkan oleh para gembala. Hidup mereka berubah setelah mendengar kabar sukacita kelahiran Sang Juruselamat dunia, yang diungkapkan lewat tindakan: “marilah sekarang kita pergi ke Betlehem” (Lukas 2:15), yang menjadi tema Natal Nasional tahun 2024. Ungkapan ini, adalah ungkapan hati tulus dari para gembala yang sederhana dan bersahaja, atau rendah hati yang sedang menggembalakan domba di padang Efrata (Yahudi) artinya berbuah atau dihormati. Jadi, kelahiran Yesus di Betlehem (artinya Rumah Roti atau Rumah Daging), telah membawa transformasi diri bagi para gembala, dari penjaga ternak domba menjadi pewarta kabar sukacita kelahiran Sang Juruselamat umat manusia.