Natal, Pemiskinan Diri Allah yang Paling Radikal

Oleh Arnoldus Nggorong*

Inilah kabar sukacita bagi manusia. Inilah kabar yang membawa kegembiraan bagi kita. Warta gembira itu pula yang disampaikan malaikat kepada para gembala. Bila diperhatikan dengan cermat, hal yang paling interesan adalah warta sukacita ini paling pertama dikabarkan kepada orang kecil dan sederhana yaitu para gembala. dengan ini deskripsi hubungan manusia dengan Allah mendapatkan makna yang semakin dalam.

Dalam dan melalui peristiwa Natal Allah memiskinkan diri-Nya supaya dapat berjumpa dengan manusia. Proses pemiskinan diri Allah ke tingkat yang paling rendah memungkin-Nya dapat ditemui oleh manusia dari segala lapisan, suku, ras, kelompok.

Pemiskinan diri Allah yang paling radikal dibahasakan Rasul Paulus sebagai berikut: “Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Flp. 2:6-7)

Allah yang dahulu begitu jauh kini dekat dengan manusia, hidup sebagai seorang manusia, yang merasakan lapar, haus, susah, senang, namun tidak berbuat dosa (bdk. 1 Ptr. 2:22). Itulah Allah yang peduli, peka terhadap nasib manusia, yang dalam bahasa teologis-biblis disebut Allah yang transenden sekaligus imanen.

BACA JUGA:
Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More