Natal dan Ijon Daging
Oleh: Bernadinus Steni (Mahasiswa S3 Dalam Bidang Managemen Lingkungan IPB, Penggiat Standar Berkelanjutan)
Pemilik hewan bisa mengajak beberapa orang, apakah mau menerima daging. Semacam arisan daging lah!! Jika iya, maka yang bersangkutan bisa pesan berapa banyak dan kadang titipan tertentu untuk dapat bagian yang empuk.
Disitu, acapkali ada persekongkolan kecil antara penerima daging dengan tukang “julu” atau “juluers”***. Berkuasa membagi potongan demi potongannya ke masing-masing pemesan, “juluers” ini bisa kongkalikong dengan pemesan tertentu untuk menyisakan irisan kecil, tulang atau darah.
Tak ayal, ketika pembagian itu berakhir, di bawah selangkangan atau belakang pantat “juluers” bakal penuh dengan sisa potongan daging. Itulah yang dia ambil dan dibagikan dengan pemesan tertentu. Permufakatan itu berakhir dengan sama-sama senang.
Yang menarik dari arisan daging ini, tidak perlu langsung bayar saat itu. Terima daging hari ini bisa dibayar pas musim panen. Itulah ijon daging.
Harganya memang sedikit lebih tinggi dari harga pasar. Tetapi tentu tidak ada toko daging atau rumah potong yang mau ijon seperti itu. Malahan, pemilik hewan seringkali lupa. Alhasil, dua tahun berikut baru daging itu dibayar.