Namun, soalnya adalah wisata alam seperti apa? Apakah harus dengan meniadakan hutan yang berfungsi penting dan merusak ekosistem? Ataukah ini hanya membenarkan keresahan publik selama ini bahwa pembangunan pariwisata di Labuan Bajo yang digagas oleh teknokrat-teknokrat dari Jakarta lebih berorentasi proyek, bukan pada penyelamatan lingkungan. Meniadakan aspek penyelamatan lingkungan juga sama saja dengan mereduksi gagasan yang dinarasikan oleh BPOP-LBF selama ini, yang mengusung pariwisata berkelanjutan.
Di atas kertas, proyek persemaian modern di Hutan Bowosie itu disebut milik KLHK. BOP-LBF pun selalu menjawab demikian terhadap protes publik. Namun, patut diduga, itu adalah taktik untuk “bersembunyi” di balik KLHK, mengantisipasi resistensi publik mengingat BOP-LBF adalah salah satu BOP-LBF yang sering diprotes atau didemo. Demikian kutiban pernyataan aktivis Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yosef Sampurna Nggarang, dari laman facebook, 22 April 2022 dari media Floresa.
Alihfungsi hutan alamiah menjadi lahan hutan buatan untuk kepentingan bisnis pariwisata alam buatan, dengan disulab untuk penanaman bibit pohon demi dibudidayakan dalam Membina dan Pengembangan Pariwisata Ekologi di hutan Bowosie itu, di areal lahan kurang lebih 400 ha. Obyek dan daya tarik wisata( ODTW), baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata minat khusus, seluruhnya terletak di permukaan bumi.