Sebab Prabowo dan Gibran di pilih bukan semata-mata karena keduanya layak menjadi Presiden dan Wakil Presiden, melainkan karena keduanya didukung Presiden Joko Widodo.
Dugaan terhadap Cawe-cawe Presiden Joko Widodo dalam konteks ini telah mengakibatkan dukungan para pemilih terhadap kemenangan Prabowo-Gibran menjadi kurang berkualitas atau bahkan menjadi tidak berkualitas.
Prabowo-Gibran secara kuantitatif memang memenangi Pilpres dengan keterpilihan 58 %. Namun, secara kualitatif pencapaian 58% itu menjadi tidak berarti.
Hal itu menjadi tidak berarti sebab kurang mencerminkan suara mayoritas pemilih. Dalam 58% itu ada nama Presiden Joko Widodo.
Cawe-cawe yang diduga dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam hal ini telah mengakibatkan kualitas kemenangan Prabowo-Gibran menjadi sangat diragukan.
Keraguan ini tentu akan berdampak panjang diwaktu-waktu yang akan datang saat Presiden Joko Widodo tidak lagi menjadi Presiden.
Saat Joko Widodo mengakiri masa baktinya, bisa jadi legitimasi sosial, politik dan moral Prabowo dan Gibran menjadi rentan digugat secara sosial dan akan terus dipersoalkan oleh publik.