Merenda Moderasi Beragama di Tenda Komuni Suci Perdana Stasi Serise Paroki Reo Keuskupan Ruteng
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis dan Pernah Menjalani Pertukaran Mahasiswa Utusan STFK Ledalero di Fakultas Theologia UKAW Kupang Tahun 1997)
Ya, penulis sendiri jatuh cinta pada pandangan pertama (love at the first sight).dengan Stasi Serise ini. Maklum pada kesempatan ini-ketika ada momen syukuran salah seorang siswa penerima komuni perdana bernama Brinet (Siswi SDK Reo 3), penulis berkesempatan hadir karena ada undangan khusus dari orang tua yubilaris bernama Paulus beberapa hari sebelumnya.
Saat menyampaikan undangan yang empunya hajatan ini Paulus menceritakan bagaimana ia sudah menyambangi keluarga besarnya dari pelbagai agama. Ada yang beragama Kristen Katolik, yang beragama Islam, dan ada pula yang beragama Kristen Protestan.
Paulus saat itu meyakinkan penulis bahwa keluarganya yang berasal dari pelbagai agama itu selalu hidup rukun, damai, bergotong royong, saling mendoakan, dan selalu menerjemahkan ajaran agama masing-masing dalam bingkai harmonisasi, persaudaraan, iklusi, dan selalu menghormati pilihan masing-masing sebagai suatu kekayaan yang harus dijaga.
Nilai-nilai ini dalam bahasa selaras zaman dan dalam konteks praktik keagamaan dan keberagaman agama saat ini dikenal sebagai moderasi beragama.