
Menyongsong Pemilu 2024, Pendidikan Politik bagi Masyarakat Dibutuhkan
Afifuddin menambahkan adanya kultur yang tidak sehat lainnya, Parpol (caleg) tak hanya struggling atas dirinya sendiri, tapi juga harus memperjuangkan capres-cawapres dalam satu ruang dan moment yang bersamaan. “Pada zonasi di mana capres yang didukung tidak populer, maka caleg ‘dipaksa’ untuk inkonsisten dengan kebijakan parpol.”
“Fokus amatan publik lebih kepada Pilpres daripada Pileg membuat potensi kecurangan lebih pada Pileg. Maka salah satu target pemerintah dalam Pemilu dan Pilkada 2024 adalah pendidikan politik dengan memanfaatkan ragam platform media sosial yang tersedia,” sebut Afifuddin.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma mengingatkan para kader Pemuda Katolik untuk menjadikan Pemilu Serentak 2024 sebagai momentum menumbuhkan pemahaman politik dan partisipasi politik. Baca juga: Jika Pemilu Dilakukan Hari Ini, Prabowo Terpilih Jadi Presiden Dengan Raihan 14,9% Suara
Gusma menegaskan, politik dan demokrasi akan membimbing para kader Pemuda katolik untuk berpikir lebih maju. Maka para kader harus mampu menganalisa dinamika politik yang saat ini berkembang di dunia maya atau medsos, juga dalam kehadiran di tengah-tengah masyarakat. “Dalam rangka ini Pemuda Katolik mendukung perlunya pendidikan politik agar para kader berpikir kritis dalam memilih pemimpin atau ikut dalam kontestasi Pemilu nanti,” ujarnya. (Pb-6)