Menulis Sesuatu di Balik Sesuatu ’Biar Dikenal Dunia’
Betapa senangnya orang tua ketika mendengar dari guru bahwa anaknya sudah bisa membaca dan menulis. Sebaliknya, orang tua yang lain sedih bila mendengar dari guru bahwa anaknya belum bisa membaca dan menulis secara baik dan lancar. Siswa bisa tahan kelas, tidak naik kelas bila siswa belum bisa membaca, menulis, dan menghitung dengan tepat. Dalam kaitan dengan kegiatan menghitung (berhitung), siswa mencatat pada batu tulis atau buku tulis (kayer-tempo dulu) perkalian satu sampai sepuluh lalu dibaca dan dihafal. Siswa disuruh duduk di bawah pohon teduh di sekitar halaman sekolah lalu membaca dengan suara nyaring menghasilkan sebuah lantunan nyanyian dengan tujuan secepatnya perkalian itu dapat dihafal. Dalam tempo singkat perkalian satu sampai sepuluh sudah dapat dihafal (1 x 1 sampai dengan 1 x 10). Bahkan dikatakan sudah menghafal perkalian di luar kepala. Lebih hebat lagi, bukan?
Tentu saja sekadar bernostalgia selama memoriku masih cukup segar menyimpan semuanya. Pengalaman yang sudah lewat terekam baik di alam bawah sadar yang menjadi kekayaan untuk dimanfaatkan bila sesewaktu dibutuhkan. Semuanya menjadi pengalaman yang menarik dan bermakna saat ini karena sudah diberi bentuk sebagai olahan hasil sebuah refleksi. Endapan itu akan menghasilkan sebuah tulisan. Ternyata, pengalaman saat ini yang sedang dialami menjadi pemicu munculnya pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu menjadi pelajaran sedangkan pengalaman yang sedang dialami saat ini adalah ‘guru’. Dengan sangat teratur semuanya muncul ke permukaan demikian rapi tersusun belasan bahkan puluhan tahun silam. Selalu ada sesuatu di balik sesuatu yang sudah pernah dialami. Benarlah kata orang bahwa pengalaman itu adalah guru kehidupan. Belajar dari pengalaman akan dapat memperkaya orang dalam hidupnya dan menjadi semakin terampil dalam mengelola kehidupan ini.