
Menghapus Batas, Merajut Persaudaraan: Iklusi Sosial dalam Kehidupan Sehari-Hari
Oleh Yuvensius Aldokis Manuk, Mahasiswa STIPAS St. Sirilus Ruteng
Maka, inklusi sosial sesungguhnya merupakan wajah konkret dari panggilan iman. Dengan menghapus batas yang memisahkan, kita merawat persaudaraan dan menjadikan dunia ini rumah bersama yang sungguh memanusiakan setiap orang. Inklusi sosial adalah panggilan iman sekaligus kebutuhan sosial. Ia menuntut perubahan sikap pribadi, pembaruan struktur sosial, serta pembangunan budaya perjumpaan. Dalam terang ajaran sosial Gereja, inklusi bukanlah pilihan opsional, tetapi konsekuensi iman akan Allah yang menciptakan semua manusia setara. Menghapus batas berarti berani meruntuhkan tembok-tembok diskriminasi. Merajut persaudaraan berarti membangun dunia di mana setiap orang merasa diakui, diterima, dan dihargai. Dengan demikian, inklusi sosial adalah wajah konkret dari Injil yang hidup dalam kehidupan sehari-hari.