Mengapa Kesehatan Manusia Modern Semakin Rapuh dan Bagaimana Solusinya (Bag. I)
Oleh Dr. Alexander Jebadu SVD, Dosen pada Institute Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero-Flores -NTT
Bersamaan dengan hilangnya jagung dan padi ladang, hilang pula rupa-rupa sayuran segar seperti mentinum, bayam dan kacang-kacangan. Oleh Operasi Nusa Makmur Gubernur Ben Mboy, kebanyakan warga masyarakat NTT bahagia makan nasi beras tiga kali sehari tapi beras dengan pupuk kimia dan tanpa makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang sangat vital untuk kesehatan.
Buah-buah pahitnya jelas. Penyakit diabetes, hipertensi dan stroke bukan lagi menjadi penyakit khas warga masyarakat kelas menengah ke atas di wilayah perkotaan tapi juga sudah menjadi penyakit yang secara umum menimpa warga masyarakat di wilayah pedesaan di seluruh NTT.
Kebanyakan anak-anak SD di kampung-kampung di Flores, misalnya, makan nasi tiga kali sehari tapi tanpa sayur dan tanpa buah-buahan. Dulu sebelum tahun 1980-an, anak-anak SD di desa-desa di Flores pagi-pagi pergi sekolah dengan membawa bekal ubi, mentimun, pisang bakar atau jagung titi. Anak-anak SD sekarang di kampung-kampung yang sama pergi ke sekolah setiap hari bawa bekal berupa uang Rp2.000 untuk beli minuman ringan atau mie instan yang penuh dengan bahan pengawet di dalamnya dan dimakan mentah. Tak heran, sebahagian besar dari anak-anak SD ini berhenti bertumbuh alias stunting. Banyak dari mereka menderita luka-luka aneh di kepala, di hidung atau di telinga yang anak-anak SD di kampung zaman dulu sebelum tahun 1980-an jarang alami.