Menara Memoria di Nian Sikka
Oleh RD. Richard Muga (Inisiator Centro John Paul II Seminari Tinggi Ritapiret. Direktur Politeknik Cristo Re Maumere)
Dalam kunjungannya ke Damaskus, Suriah pada 6 Mei 2001 Paus Yohanes Paulus II menjadi paus Katolik pertama yang masuk dan berdoa di Masjid Agung Umayyah. Di situ itu berkotbah: “Untuk masa waktu ketika Muslim dan Kristen menyinggung satu sama lain, kita perlu meminta pengampunan dari Yang Maha Kuasa untuk memberikan pengampunan satu sama lain.” Dan, lebih dari semua pimpinan negara dan agama manapun, Paus Yohanes Paulus II mendapat delapan kali kunjungan dari Tenzin Gyatso, Dalai Lama ke-14 (Paus Yohanes Paulus II, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
Paus Yohanes Paulus II sungguh menampakan wajah Gereja Katolik yang terbuka (inklusif) seturut amanat Konsili Vatikan II. Gereja menjadi tanda harapan dan keselamatan bagi semua orang yang berkehendak baik. Ia sungguh-sungguh pontifex (=jembatan) antara semua pihak yang berkehendak baik dengan Allah, pemaknaaan alfa dan omega eksistensi segalanya.
Tokoh yang kaya dalam kepribadian dan kepemimpinan tersebut kini diabadikan di kota kita, Nian Sikka, dalam wujud menara lonceng megah memesona. Tentu saja menara ini tidak sekedar mengingatkan peristiwa kunjungan bersejarah itu, tetapi juga pada tokoh Paus Yohanes Paulus II, seorang Pemimpin Gereja Katolik sedunia dan Pemimpin Dunia dengan narasi kepemimpinan berkharisma.