
Menara Memoria di Nian Sikka
Oleh RD. Richard Muga (Inisiator Centro John Paul II Seminari Tinggi Ritapiret. Direktur Politeknik Cristo Re Maumere)
Selama masa kepemimpinannya, demi kesetiaan pada tugas maha luhur menghadirkan damai di tengah dunia dan bagi semua orang yang berkehendak baik, Paus Yohanes Paulus II menjadi Bapa Suci yang paling banyak mengelilingi dunia, mengunjungi negara dan bangsa, berjumpa dengan semua orang, tanpa sekat. Ia bukan saja mengunjungi negara-negara di mana umat katoliknya banyak (mayoritas) tapi juga di negara-negara dengan mayoritas agama lain, seperti ketika berkunjung ke Indonesia (9-14Oktober 1989). Ia tidak hanya mengujungi gereja tapi juga rumah-rumah ibadat lain. Tidak enggan pula ia memanjatkan doa-doa khusuk dan khusus di sana.
Ia menjadi Paus pertama berkunjung ke negara-negara mayoritas Gereja Lutheran (ke Norwegia, Islandia, Finlandia, Denmark dan Swedia pada 1-10 Juni 1989). Begitu pula relasi Gereja Katolik dengan Yudaisme pun berubah drastis.Pada Maret 2000, Yohanes Paulus II mengunjungi Yad Vashem, tugu peringatan Holocaust di Israel dan berdoa di Tembok Ratapan Yerusalem. Menteri kabinet Rabi Michael Melchior, yang menjadi tuan rumah kunjungan Bapa Suci merasa sangat terharu: “ini di luar sejarah, di luar ingatan.”