Menara Memoria di Nian Sikka
Oleh RD. Richard Muga (Inisiator Centro John Paul II Seminari Tinggi Ritapiret. Direktur Politeknik Cristo Re Maumere)
Mengapa menara itu dibaptis Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II. Penggalan goresan tangan seorang tokoh masyarakat Sikka berikut layak disimak: “Bagi umat Katolik Flores, khususnya Kabupaten Sikka, kesediaan Sri Paus menginap di kampung halamannya, menjadi suatu kehormatan yang sangat istimewa. Sebab seorang tamu agung, tokoh kaliber dunia, bersedia menginap, adalah suatu kesempatan yang langka, yang tidak diperoleh semua kota yang pernah dikunjungi Paus….Maumere, Kabupaten Sikka, terasa istimewa dalam rangkaian lawatan Sri Paus, karena merupakan kota paling kecil selama sang peziarah itu berkunjung mengelilingi bumi” (E.P. da Gomez, Sepanjang Jalan Kenangan, hal. 259).
Dalam bingkai pembangunan daerah kabupaten Sikka, menara lonceng menjadi salah satu cincin destinasi wisata religius dalam untaian manik-manik obyek wisata pulau Flores. Menara lonceng di sentral kota Maumere menjadi unik dan menjanjikan daya pesona dan daya tawar pariwisata. Untuk ini tentu saja pemerintah kabupaten Sikka dalam kerjasama dengan para pihak punya grand desain apik karena tourisme erat kaitannya dengan keunikan memesona. Tidak saja memesona bagi orang kristiani tapi memesona bagi semua orang, semua wisatawan. Oleh karenanya menara ini sejatinya bermakna inklusif; terbuka dan terutama dirasa memiliki oleh semua orang dari manapun daerahnya, apa pun suku dan agamanya; semua warga di nian Sikka. Bagaimana menjadikannya berdaya pesona insklusif? Kita berkiblat pada sang tokoh.