Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang- orang yang sabar”.
Sikap demokratis dapat memberikan pengaruh positif pada anak, diantaranya dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan dihargai. Ayah yang bijaksana adalah ayah yang tidak memaksakan kehendaknya pada anak-anak. Anak-anak dilibatkan dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan anak. Berapa banyak kita saksikan di tengah masyarakat kita oleh karena orang tua sering memaksakan pendapatnya pada anak-anaknya akibatnya anak-anak mengalami tekanan bathin yang akhirnya menjadi tidak peduli terhadap permasalahan yang dihadapi, hingga orang tua pun tidak lagi dihargai.
Keempat, membangun kebersamaan dalam aktifitas dakwah.
Sebagai kepala keluarga, Nabi Ibrahim sukses membangun amal jamai (aktifitas bersama) dengan istri dan anak-anaknya. Inilah rumah tangga dakwah, dimana setiap anggotanya terlibat dalam aktifitas dakwah. Bahkan beliau mampu mendelegasikan tugas-tugas sebagai seorang ayah kepada istrinya, Siti Hajar, tatkala dia harus memenuhi perintah Tuhannya untuk melanjutkan dakwah ke Palestina. Dalam kurun waktu yang tidak sebentar ketiadaan sosok ayah tidak menjadikan rumah tangganya berjalan timpang, bahkan Siti hajar sebagai wanita yang kuat dan cerdas mampu untuk mengambil peran ayah dalam rumah tangganya, sehingga Ismail tumbuh dan berkembang secara baik.