Membangun Spiritualitas Arnold Yanssen
Laporan: Jacob J Herin (Penulis Buku dan Mantan Wartawan dari Kantor Berita Internasional)
Gereja pun lewat Paus Benediktus XV langsung menjawab dengan menerbitkan Surat Apostolik Maximum Illud pada 19 November 1919. Judul lengkap surat itu Maximum Illud : De Fide Catholica per Orbem Terrarum
Propaganda, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Maximum Illud : Tentang Penyebaran Iman Katolik di Seluruh Dunia.
Surat Apostolik ini ditujukan kepada para pemimpin Gereja: para patriark, primat, uskup agung, dan uskup di dunia Katolik sebagai yang bertanggung jawab di dalam misi (ius mandati). Di dalam pesannya, Paus
memberikan terobosan-terobosan cara bermisi dan juga bagaimana kita memaknai misi. Suatu Surat Apostolik yang penuh berisi arahan motivasi dan mendorong berjalannya karya misi di dalam Gereja.
Surat Apostolik itu bagaimanapun mempengaruhi kita tentang gagasan misi. Mungkin sampai sekarang masih banyak di antara kita yang hidup di dalam pemahaman ini bahwa istilah misionaris berarti para imam,
para hidup bakti khususnya mereka yang dari Barat. Karena memang waktu itu para misionaris, yang terdiri dari imam-imam dan para hidup bakti, ketika menjalankan perutusan ikut di dalam ekspansi armada
conquistador negara-negara Barat. Efeknya dalam banyak hal, misionaris mempunyai sentimen-sentimen nasionalisme dengan dan bagi negaranya masing-masing. Ini juga berdampak pada daerah-daerah misi yang kerap terdapat semacam friksi-friksi di antara para misionaris sendiri.