
Membangun Iman atau Memecah Tubuh Kristus? (Menalar Apologetika Digital)
Oleh F. Erikson (Peminat masalah pendidikan)
Bagi Rudolf Bultmann, scandalon terutama menunjuk pada salib Kristus sebagai pusat pewartaan (kerygma) yang mengguncang eksistensi manusia dan menjadi batu sandungan bagi akal budi modern. “The cross is a scandalon because it calls into question all human security and wisdom.” disarikan dari berbagai karya Bultmann, seperti “Theology of the New Testament”.
Salib adalah simbol penghakiman Allah atas dunia, bukan kekuatan politik atau mukjizat yang diharapkan manusia. Dalam kerangka eksistensialis, salib menantang manusia untuk memilih eksistensi autentik di hadapan Allah lewat iman, bukan lewat bukti atau logika. Karena itu, salib menjadi batu sandungan bagi mereka yang mencari tanda-tanda luar atau kebijaksanaan duniawi.
Bagi Bultmann, scandalon bukan hanya kesulitan teologis, tapi panggilan untuk mengatasi batu sandungan itu melalui iman. Salib bukan sesuatu yang bisa dipahami secara rasional biasa, melainkan harus direspons dalam keberadaan yang sejati.
Semua bergantung pada niat, metode, dan etika para pelakunya. Jika dilakukan dengan rendah hati, cinta akan kebenaran, dan semangat persaudaraan, maka apologetika digital dapat menjadi sarana membangun iman dan persatuan tubuh Kristus. Sebaliknya, jika dibiarkan liar dan penuh kebencian, ia akan terus menjadi luka lama yang diperbarui dalam kemasan baru. Akhirnya; 1 Korintus 1:23 “Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang bukan Yahudi suatu kebodohan,” Kita adalah orang Indonesia. Salib Yesus Kristus adalah kabar eksistensial yang menantang manusia secara pribadi.***