Melawan Politik Devide et Impera

Oleh Arnoldus Nggorong

Sebab hanya pada manusia dianugerahi kelebihan itu. Maka dari itu, ketika ada yang melanggar etika, maka tidak ada hukuman fisik yang dapat dikenakan kepadanya.

Sebab pelanggaran itu berhubungan erat dengan disposisi batin subjek/pelaku yang telah melanggar etika tadi.

Bila si pelaku merasa tidak melanggar etika, menurut kata hatinya, maka dia akan merasa nyaman-nyaman saja dan tidak terusik sedikitpun.

Namun patut disadari bahwa kesadaran etis tertinggi dibarengi dengan keyakinan religious yang mendalam akan membuat seseorang merasa tidak nyaman (hatinya selalu terusik) terhadap setiap model kesalahan yang telah dilakukan.

Suara hatinya (hati yang bening, jernih) akan selalu menegurnya kapan pun dan di mana saja dia berada. Itulah hukuman untuk dirinya yang bersalah. Ini cuma sekadar intermezzo.

Model penjahan baru

Dengan deskripsi ringkas tentang Pemilu sebagai medan praktik politik devide et impera gerombolan elit tertentu, yang berakar dalam kebodohan, kemiskinan, dan keterbelahan, menemukan maknanya dalam model ‘penjajahan baru’, yang dilakukan oleh sesama warganya sendiri.

BACA JUGA:
KPK Dorong Penegakan Antikorupsi dalam PPDB
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More