Polarisasi itu tercermin dalam terminus kampret, cebong, kadrun. Setyo Widagdo mengatakan, narasi-narasi yang kontraporduktif justru memperkeruh dan mempertajam keterbelahan itu.
Manuver-manuver politik yang dilakukan segerombolan elit pun turut memberi kontribusi di dalamnya (detiknews.com 2/1/2023).
Perihal dukung-mendukung dalam alam demokrasi, pada hakekatnya adalah lumrah. Malah dukungan merupakan suatu keharusan.
Namun dukungan baru menjadi masalah mana kala para pendukung sudah terperangkap dalam kondisi yang membuatnya terobsesi yang berlebihan pada pasangan calon yang didukungnya.
Apalagi kalau dukungan yang diberikan pemilih kepada calon kandidat berbasis pada etnis, suku, daerah, agama, budaya, hubungan kekerabatan baik karena perkawinan maupun hubungan darah, berpenampilan sederhana, tampak ramah, murah senyum.
Kondisi tersebut dalam istilah akademiknya disebut fanatisme. Sebab mereka sudah kehilangan akal sehat dan yang lebih dominan adalah sentimen.
Bagi mereka, yang ada adalah hanya dan hanya pilihan (dukungan) saya yang lebih baik.