Melawan Politik Devide et Impera

Oleh Arnoldus Nggorong

Ada kerajaan yang memiliki wilayah yang sangat luas dan adapula yang wilayahnya kecil. Setiap kerajaan mempunyai otoritasnya sendiri-sendiri.

Dua kenyataan ini yakni kebodohan dan banyaknya kerajaan dalam wilayah Nusantara yang masing-masing memiliki otonomi, tidak tunduk-takluk pada yang lain, dilihat oleh Belanda sebagai peluang untuk menguasai Indonesia.

Belanda pun, dengan kecerdikannya, menerapkan politik devide et impera untuk mewujudkan cita-citanya itu.

Dengan lain perkataan, terdapat dua unsur potensial yang membuat persada Nusantara ini dengan mudah dikuasai dan selanjutnya dijajah oleh Belanda.

Yakni warga Nusantara masih terkotak-kotak dalam sistem kerajaan (kurangnya kebersatuan kerajaan-kerajaan) dan keterbelakangan pendidikan warga pribumi Nusantara.

Cerita ini diperoleh pada saat mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (jika tidak salah ingat) sedang berlangsung pada waktu itu, yang dikisahkan oleh ibu guru bernama Agustina Dimu.

Kondisi Indonesia kini

Jika dikaitkan dengan situasi saat ini, kedua faktor tersebut masih menghantui persada Nusantara ini, namun dalam model dan kadar yang berbeda. Di sini ditambahkan lagi satu faktor yaitu kemiskinan.

BACA JUGA:
Mengenang Pater Kirchberger SVD: Sang Guru dari Bavaria
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More